Manajemen Asmara Remaja Muslim
Di televisi, film maupun sinetron tentang percintaan remaja sudah biasa menghiasi layar kaca. Adegan percintaan seperti ‘jadian’, kencan, ciuman, seolah sudah menjadi camilan bagi para pemirsa yang mayoritas adalah kaula
muda. Di dunia nyata pun sudah banyak hal serupa.
muda. Di dunia nyata pun sudah banyak hal serupa.
Memang sudah menjadi kodrat bagi remaja. Usia remaja yang merupakan fase peralihan dari kanak – kanak menuju dewasa, memiliki indikasi berupa pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis. Tubuh semakin membesar, dadanya bidang dan tulangnya lebih kokoh. Berfikir pendek, bersikap tak takut mengambil resiko dan suka mencoba hal baru. Ketertarikan terhadap lawan jenis juga termasuk indikasi dalam fase ini.
Maka tak heran jika hati remaja dipenuhi asmara. Terhadap lawan jenis, seolah terdapat sesuatu yang menggetarkan hati, yang mempunyai rasa berbeda, yang tak ada yang mampu mendefinisikannya secara sempurna kecuali para pujangga. Itulah naluri remaja. Namun jika hal itu diwujudkan dalam sebuah hubungan ‘pacaran’, kencan, berciuman, dan berpelukan, sesuaikah dengan nilai dan norma yang berlaku di Indonesia, negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia?
Islam seagai agama rahmatan lil ‘alamin telah mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan ummatnya termasuk pergaulan. Dalam Islam, mu’asyaroh antara dua orang yang bukan muhrim adalah larangn keras. Apalagi sampai berpacaran, berciuman, berpegangan dan berpelukan, karena semua itu masuk dalam kategori perbuatan yang mendekati zina.
Lantas bagaimana remaja muslim harus menyikapi hal ini? Sebuah kenyataan yang bertolak belakang dengan nalurinya. Sebuah tantangan besar bagaimana menjadi seorang remaja yang tetap setia dengan agama, berpegang teguh pada ajaran yang telah dipeluknya.
Pada dasarnya Islam tak pernah melarang ummatnya untuk mencinta. Pernah suatu ketika seorang sahabat mendatangi Rasulullah Muhammad SAW. Ia mengungkapkan bahwasanya ia mencintai seorang wanita dan berharap Rasulullah Muhammad SAW. mau menyampaikan rasa cintanya yang telah terpedam dalam relung hatinmya. Lantas bagaimankah Rasulullah bersikap? Beliau tak marah maupun melarang sahabatnya itu dan bersedia menyampaikan keinginannya.
Riwayat tersebut menunjukkan bahwa munculnya rasa cinta dan ketertarikan terhadap lawan jenis itu sah – sah saja dalam Islam. Namun Islam mempunyai cara tersendiri dalam tata kelola pengaplikasiannya serta manajemennya, yakni bercinta kalau memang telah menapaki masanya. Kesiapan secara mental, usia, materi, jasmani dan rohani sangat dibutuhkan.
Bagi remaja yang masih dalam proses menuju ‘ kesiapan’ hendaknya menahan dahulu rasa ingin bersama dan menjalin hubungan dalam ikatan asmara. Orang yang kita cintai adalan ciptaan dan milik Allah, maka berdo’alah kepada-Nya agar mempersatukan dalam ikatan suci kelak. Dan jagalah kesucian orang yang kita cinta meskipun dari diri sendiri.
Kesalahan fatal remaja sekarang adalah menganggap remeh arti kesucian orang yang dicintai. Yang cowok berbuat sesuka hati terhadap yang cewek, toh jika tercemari kesucian mereka tak tampak. Dan yang cewek, meskipun mereka mempunyai resiko terbesar noda diri, anehnya mereka tak merasa dirugikan, bahkan mereka bangga. Mereka salah menginterpretasikan arti dan aksi cinta yang sesungguhnya. Mereka sudah larut dalam doktrin film maupun sinetron yang banyak mengadopsi kebudayaan barat. Di Amerika, remaja 16 tahun yang masih perawan adalah aib. Doktrin inilah yang harus dihapuskan.
Masa remaja seharusnya digunakan untuk mengoptimalkan potensi diri secara fokus, membekali diri dengan ilmu dan menyibukkan diri dengan hal – hal positif. Dengan demikian predikat remaja mulia akan disematkan oleh siapapun juga termasuk Tuhan.
*Tulisan ini merupakan partisipan lomba penulisan essay remaja nasional di UNIPDU Jombang 2015.
Post a Comment for "Manajemen Asmara Remaja Muslim"