Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
Lapak 'Sharing' Sorang Santri Indonesia di Maroko
in feeds

Isi Waktu Luang Selama Belajar Online, Siswa SMK Tanam Sayuran, Punya Omzet Rp 3 Juta Sebulan

Dzehha Qaseem - -Yohanes Evan Demas, siswa kelas tiga di SMK Wae Ri'i, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), memilih bercocok tanam untuk mengisi waktu luang selama belajar dari rumah. 


Pelajar yang mengambil jurusan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura itu menanam sayuran di kebun milik orangtuanya. Evan menerapkan ilmu yang didapatnya di sekolah selama mengolah kebun orangtuanya di Disun Rangat tersebut. 


Keinginan bercocok tanam itu dimulai ketika sekolah Evan menerapkan sistem belajar dari rumah (BDR) karena pandemi Covid-19 pada Maret 2020. 


Aktivitas belajar mengajar dan praktik beralih secara online. Guru membimbing siswa dan memberi tugas via aplikasi pesan instan WhatsApp. 


Siswa dan siswi pun sama. Mereka mengumpulkan tugas secara online. Kegiatan belajar mereka mayoritas lewat gawai Android.  


"Sejak mulai belajar dari rumah, saya pulang kampung. Di kampung, saya merasakan, banyak waktu luang yang terbuang. Saya akhirnya memutuskan untuk menanam sayur di kebun," kata Evan saat dihubungi Kompas.com, Selasa (23/2/2021) malam. 


Evan mengutarakan niat menanam sayuran itu kepada kedua orangtuanya. Niat itu pun disambut baik. Setelah mendapat izin, Evan mulai menggemburkan tanah. 


"Saya dan bapak kerja sama-sama gembur tanah. Setelah gembur, saya tanam pertama itu terung. Terung ini panen 64 hari setelah tanam," kata Evan. 


Baca juga 12 Sayuran Yang Mudah Ditanam di Rumah dan Cepat Panen


Terung hasil panen pertama itu dipromosikan di media sosial Facebook dan WhatsApp. Ia juga menyediakan jasa antar bagi pembeli di media sosial. Selain itu, ada juga pembeli yang datang langsung ke rumahnya. 


"Puji Tuhan panen terung perdana cukup untuk modal beli lagi bibit sayur lain," ungkap dia. Dari hasil jualan terung, kata dia, dirinya bisa membeli bibit mentimun, pare, buncis, lombok keriting, dan kacang panjang. 


Sejak April hingga sekarang, Evan menanam berbagai sayuran tersebut. Lama usia setelah tanam hingga panen dari tiap jenis sayuran berbeda-beda. Ada yang satu bulan, juga ada yang dua bulan. 


Evan mengaku, berkat usahanya mempromosikan sayuran tersebut di media sosial, pembeli kini tak hanya dari kampung halamannya. Sayuran dari kebunnya telah merambah pasar di Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai. 


"Hasil lumayan. Sekarang saya sudah berpenghasilan Rp 3 juta sebulan. Saya bersyukur bisa punya penghasilan," ungkap Evan. Evan menggunakan pupuk organik yang berbahan dasar sekam padi untuk menyuburkan sayurannya. 


Proses pembuatan pupuk itu cukup mudah, bahannya juga gampang ditemukan di lingkungannya. "Pupuk dasar saya pake arang sekam padi. Di sini, saya sudah sebar luaskan tetang cara membuat pupuk organik dari arang sekam padi kepada para petani di desa," terangnya.   


Evan berharap anak muda di seluruh Indonesia, khususnya Manggarai, tidak malu menjadi petani. Menurut dia, zaman sekarang, anak muda dituntut kreatif. 


Salah satunya dengan memanfaatkan lahan pertanian untuk menanam sayur-sayuran. "Saya awalnya tidak menyangka akan memperoleh penghasilan yang cukup dari tanam dan jual sayur. Tetapi, karena tekun menjalani ini, saya pun petik hasilnya," jelas Evan.


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Isi Waktu Luang Selama Belajar Daring, Siswa SMK Tanam Sayuran, Punya Omzet Rp 3 Juta Sebulan", Klik untuk baca: https://regional.kompas.com/read/2021/02/24/09174681/isi-waktu-luang-selama-belajar-daring-siswa-smk-tanam-sayuran-punya-omzet-rp?page=all#page4.


[ klik disini 1X ] [ close ]