UN (Ujian Kejujuran)
gambar: edunews.id
Sudah bukan menjadi rahasia umum kalau Ujian Nasional (UN) di Indonesia penuh dengan rekayasa dan tipu daya. Pada ujian-ujian biasa, kecurangan murid mungkin sudah lumrah dilakukan. Namun di UN ini justru g*** lah yang memerankan peran vital dalam intrik kecurangan. Iya, reputasi menjadi motivasi terbesar g*** untuk 'mencarikan muka' sekolah tempat ia mengampu.
Bagi sekolah unggulan, nilai UN tertinggi menjadi keharusan untuk reputasi sekolah favorit agar peminatnya semakin banyak. Bagi sekolah non unggulan, minimnya angka ketidak lulusan menjadi benteng agar peminatnya tidak semakin sedikit. Rumusan inilah
yang digunakan untuk membela kedustaan.
Beberapa waktu lalu saya melihat suatu tayangn tv yang mengispirasi. Saya amat terharu dengan kegigihan seorang siswa SMP dalam melawan semua kecurangan ini. Malangnya, saat ia mencoba mengadukan hal ini kepada KPK, polisi, kepala sekolah, justru ia mendapat serangan balik. Alhasil kecurangan UN tetap terjadi (namun dia termasuk pengecualian). Baik berupa memberi contekan kepada teman, maupun menerima contekan dari guru. Ia berusaha bersih.
Kejadian ini membuat ia trauma dan tak mau melanjutkan pendidikan formalnya di tingkat SLTA. Ia merasa tak dihargai kejujurannya. Untuk apa ia harus melanjutkan belajar tiga tahun lagi jika akan berakhir dengan kedustaan yang sangat ia benci?
Program kejar Paket C pun akhirnya menjadi pilihannya. Ia sengaja memilih jalur pendidikan informal meskipun kurang prestise menurut banyak orang,asalkan ramah terhadap kejujuran. Kerja keras dan kesungguhannya membuahkan hasil. Ia membuktikan bahwa pendidikan formal tak melulu mendefinisikan intelektualitas seseorang secara konkrit. Seusai program kejar paket C, ia berhasil masuk fakultas hukum Universitas Indonesia. Dan luar biasanya lagi, ia l butuh enam semester untuk menuntaskan program sarjananya. SALUT.
Dari sini kita bisa mengambil ibrah, kejujuran harus ditanam sedari dini mulai dari diri sendiri. Sebenarnya Indonesia tak pernah kekurangan orang cerdas untuk memajukan negara. Para politisi, pemangku kebijakan, tak perlu ditanyakan lagi gelar sarjananya dan kualitas intelektualnya. Namun lndonesia sangat kekurangan orang jujur. Kuncinya adalah penanaman nilai sejak dini, sejak usia sekolah. Jika kejujuran sudah menjadi budaya, hampir bisa dipastikan Indonesia sejahtera.
Bagi semua kelas XII MA, SMA, SMK, sederajat, saya ucapkan selamat menempuh Ujian Nasional. Ingat, besok bukan hanya sekedar ujian materi pelajaran bagi kalian, namun yang lebih prioritas adalah UJIAN KEJUJURAN.
Sudah bukan menjadi rahasia umum kalau Ujian Nasional (UN) di Indonesia penuh dengan rekayasa dan tipu daya. Pada ujian-ujian biasa, kecurangan murid mungkin sudah lumrah dilakukan. Namun di UN ini justru g*** lah yang memerankan peran vital dalam intrik kecurangan. Iya, reputasi menjadi motivasi terbesar g*** untuk 'mencarikan muka' sekolah tempat ia mengampu.
Bagi sekolah unggulan, nilai UN tertinggi menjadi keharusan untuk reputasi sekolah favorit agar peminatnya semakin banyak. Bagi sekolah non unggulan, minimnya angka ketidak lulusan menjadi benteng agar peminatnya tidak semakin sedikit. Rumusan inilah
yang digunakan untuk membela kedustaan.
Beberapa waktu lalu saya melihat suatu tayangn tv yang mengispirasi. Saya amat terharu dengan kegigihan seorang siswa SMP dalam melawan semua kecurangan ini. Malangnya, saat ia mencoba mengadukan hal ini kepada KPK, polisi, kepala sekolah, justru ia mendapat serangan balik. Alhasil kecurangan UN tetap terjadi (namun dia termasuk pengecualian). Baik berupa memberi contekan kepada teman, maupun menerima contekan dari guru. Ia berusaha bersih.
Kejadian ini membuat ia trauma dan tak mau melanjutkan pendidikan formalnya di tingkat SLTA. Ia merasa tak dihargai kejujurannya. Untuk apa ia harus melanjutkan belajar tiga tahun lagi jika akan berakhir dengan kedustaan yang sangat ia benci?
Program kejar Paket C pun akhirnya menjadi pilihannya. Ia sengaja memilih jalur pendidikan informal meskipun kurang prestise menurut banyak orang,asalkan ramah terhadap kejujuran. Kerja keras dan kesungguhannya membuahkan hasil. Ia membuktikan bahwa pendidikan formal tak melulu mendefinisikan intelektualitas seseorang secara konkrit. Seusai program kejar paket C, ia berhasil masuk fakultas hukum Universitas Indonesia. Dan luar biasanya lagi, ia l butuh enam semester untuk menuntaskan program sarjananya. SALUT.
Dari sini kita bisa mengambil ibrah, kejujuran harus ditanam sedari dini mulai dari diri sendiri. Sebenarnya Indonesia tak pernah kekurangan orang cerdas untuk memajukan negara. Para politisi, pemangku kebijakan, tak perlu ditanyakan lagi gelar sarjananya dan kualitas intelektualnya. Namun lndonesia sangat kekurangan orang jujur. Kuncinya adalah penanaman nilai sejak dini, sejak usia sekolah. Jika kejujuran sudah menjadi budaya, hampir bisa dipastikan Indonesia sejahtera.
Bagi semua kelas XII MA, SMA, SMK, sederajat, saya ucapkan selamat menempuh Ujian Nasional. Ingat, besok bukan hanya sekedar ujian materi pelajaran bagi kalian, namun yang lebih prioritas adalah UJIAN KEJUJURAN.
Post a Comment for "UN (Ujian Kejujuran)"