Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
Lapak 'Sharing' Sorang Santri Indonesia di Maroko
in feeds

Novel Rindu_Tere Liye | Review

gambar: gentaandalas.com

Setiap manusia pasti mempunyai kisah hidup yang bervariasi. Ada suka dan duka, ada menang dan kalah, ada jaya dan nelangsa. Semuanya pasti silih berganti mewarnai kehidupan manusia.



Novel RINDU, mengisahkan tentang perjananan panjang menuju kerinduan, perjalanan suci yang dinamai haji. Terjadi pada masa-masa pergolakan kolonialisme, tepatnya pada tahun 1939 M.

Blitar Holland menjadi saksi perjalanan suci itu. Di dalamnya berkumpul banyak manusia dengan latar belakang yang berbeda. Ada Daeng Andipati, seorang saudagar kaya beserta keluarganya termasuk Ana dan Elsa yang selalu bikin cair suasana. Bunda Upe, seorang perempuan keturunan China. Gurutta Karaeng, seorang ulama masyhur Tanah Bugis. Mbah Kakung dan Mbah Putri, sepasang suami istri sehidup semati. Serta Ambo Uleng, seorang kelasi rendahan yang meninggalkan tanah kelahirannya tanpa tahu tujuannya ke mana.

Selain mengisahkan tokoh-tokoh utama tersebut, penulis juga menyinggung kehidupan sosial pada masa kolonialisme. Bahwasanya tidak semua Orang Belanda semena-mena, kejam tak berperi kemanusiaan. Melainkan banyak juga yang masih mempunyai hati, seperti KapitenPhilip, Sergio si kelasi rendahan, Chef Lars dan juga awak kapal lainnya.bahkan kata mereka, banyak rakyat belanda yang melakukan aksi protes besar-besaran atas kolonialisme yang pemerintah mereka lakukan.




Seperti biasa, Tere Liye selalu menyajikan nasihat bagi pecinta serta petuah baik bagi setiap kebuntuan masalah. Meski terkesan berlebihan namun penyampaiannya pas dan tepat. Dalam penyelesaian setiap konflik, penulis juga memaparkannya dengan indah dan kreatif. Terkadang hal-hal kecil yang sering luput, ia tonjolkan kembali agar pembaca mampu menikmatinya.

Berikut ulasan tokoh utama dan pembelajatran yang mampu kita petik dari novel Rindu ini:

1.      Gurutta Ahmad Karaeng
Usianya 75 tahun. Merupakan seorang tanah bugis yang juga masih keturunan _. Pernah belajar di Aceh dan Yaman memperdalam ilmu agama. Kedalaman ilmunya ini menjadikannya orang yang dituakan, disegani oleh semua orang, termasuk awak kapal. Kebijaksanaannya selalu dijadikan orang-orang sebagai rujukan untuk memecah permasalahan hidup. Meski sebenarnya Ia juga menyimpan masalah besar. Sikapnya selalu tenang dan mempunyai kesibukan menulis. Baginya, menulis adalah wahana paling efektif untuk menyampaikan gagasan. Sudah sejak lama Ia menjadi incaran tentara belanda karena dikhawatirkan mempengaruhi rakyat melakukan perlawanan melalui ceramahnya. Namun akhirnya ia tertangkap dengan ditemukannya buku “Kemerdekaan Adalah Hak Segala Bangsa”. Meski ceramah yang menghasut kemerdekaan tidak dilakukan, justru buku ini menjadi hal yng paling ditakuti.

2.      Daeng Andipati
Adalah seorang saudagar kaya dan berpendidikan. Berangkat haji bersama istri, kedua putrinya serta seorang pembantu. Orang-orang mengiranya keluarga dengan kebahagiaan paripurna. Memiliki harta melimpah, anak-Ana dan Elsa-yang cantik dan pintar. Namun di balik itu semua, ia masih belum bisa damai dengan masa lalunya, dengan ayahnya sendiri.

3.      Bunda Upe
Seorang perempuan keturunan Tionghoa berusia 40 tahunan. Sebelum bangkit dan memperdalam ilmu agama, ia mempunyai masa kelam sebagi tebusan ayahnya yang selalu kalah judi. Sekarang Ia sudah sepenuhnya kembali, menikah dengan seorang pri Tionghoa yang baik, meski pada dasarnya Ia masih terbayang-=bayang dengan masa lalu. Pada novel ini, menjadi salah seorang yang permasalahannya terjawab.

4.      Mbah Kakung dan Mbah Putri
Kisah cintanya selalu menjadi perbincangan para penumpang. Usianya telah lebih dari 80 tahun, namun kemesraan yang mereka tampakkan selalu membuat iri orang. atas usaha dan kerja kerasnya, mereka mampu berangkat haji setelah bertahun-tahun menguimpulkan uang. Janji suci mereka ingin bersama-sama menatap Ka’bah itu pun hampir terpenuhi. Namun malang, Mbah Putri keburu wafat sebelum tiba di tanah suci. Ia dimakamkan di lautan. Padahal mereka berdua telah bersepakat untuk dimakamkan berdekatan ketia meninggal. Mereka menjalani kehidupan dengan tulus, sholat tepat waktu, selalu disiplin melakukan kebaikan. Perjalanan pulang menuju tanah air, Mbah Kakung mrninggal dunia. Dan yang lebih menakjubkan jasadnya yang ditenggelamkan di dasar samudra tepat jatuh berdampingan dengan jasad belahan jiwanya.

5.      Ambo Uleng
Pemuda Bugis berusia 24 tahun ini menjadi tokoh utama dalam novel ini. Berniat pergi sejauh-jauhnya dari tanah yang selama ini ia tinggali. Ia hampir ditolak ketika melamar menjadi kelasi di Blitar Holland hingga akhirnya Kapiten Philip menerimanya. Melihat pengalaman dan rekam jejaknya, ia hanya bisa ditempatkan di bagian kelasi rendahan di bagian dapur. Namun siapa sangka, ia justru menjadi juru selamat saat kapal dalam bahaya. Pertama saat mesin rusak dan kapal terancam terlunta-lunta di tengah samudra, ia berhasil memfungsikan layar. Kemudian saat kapal dikuasai oleh perompak Somalia, ia juga yang mengatur siasat pelemahan musush. Dalam perjalanannya, Ambo Uleng berhasil menemukan banyak hal, belajar sholat dan mengaji dari Anna, berkaan dengan Ruben, dan yang paling indah adalah bertemu dengan Gurutta Karaeng yang selalu diminta mendengar segala keluh kesahnya. Termasuk keluhan akan urusan asmara, gadis pujaannya telah dijodohkan dengan seorang pria. Takdir telah menyatukannya. Sepulang Ia ke tanah air, setelah sebelumnya ia memutuskan ibadah haji, ia akhirnya menikahi gadis yang sejak awal dicintainya dan mencintainya.


Post a Comment for "Novel Rindu_Tere Liye | Review"

[ klik disini 1X ] [ close ]